Saturday, December 19, 2015

Adat Begalan di Banyumas

Posted by Popon Aryani Sapitri on Saturday, December 19, 2015

Banyumas, apa yang terngiang dalam benak anda ketika mendengan kata Banyumas? Ngapak? Soto Sokaraja? Gethuk Goreng? Mendoan? Pasti pikiran anda tidak akan jauh-jauh dari berbagai macam kuliner khas Banyumas. Tapi tahukah anda dengan berbagai macam kebudayaan atau tradisi yang anda di Banyumas? Sebenarnya ada banyak kebudayaan yang ada di Banyumas.


Begalan adalah jenis kesenian yang biasanya dipentaskan dalam rangkaian upacara perkawinan adat Banyumas yaitu pada saat calon pengantin pria beserta rombongannya memasuki pelataran rumah pengantin wanita. Begalan berasal dari kata begal dan akhiran an yang berarti perampasan atau perampokan ditengah jalan. Namun jangan diartikan dalam artian yang sebenarnya, begalan ini hanya merampas waktu kedua calon pengantin untuk memberikan nasehat atau pelajaran untuk menjadi bekal hidup mereka dalam berumah tangga melalui pesan yang tersirat dalam ritual begalan ini. Yang menarik dari begalan ini adalah dialog-dialog antara pemain begalan yang berisi kritikan dan petuah bagi calon pengantin dan disampaikan dengan gaya yang jenaka dan penuh humor.

Menurut para pakar budaya di Banyumas, tradisi begalan muncul sejak Pemerintah Bupati Banyumas ke XIV, saat itu Raden Adipati Tjokronegoro (tahun 1850). Pada jaman itu Adipati Wirasaba berhajat mengawinkan putri bung­sunya Dewi Sukesi dengan Pangeran Tirtokencono, putra sulung Adipati Banyumas. Satu minggu setelah pernikahannya Sang Adipati Banyumas ber­kenan memboyong kedua mempelai dari Wirasaba ke Kadipaten Banyumas (ngunduh temanten), berjarak kurang lebih 20 km.

Setelah menyeberangi sungai Serayu dengan me­nggunakan perahu tambang, rombongan yang dikawal sesepuh dan pengawal Kadi­paten Wirasaba dan Banyumas, di tengah perjalanan yang angker dihadang oleh seorang begal (perampok) berbadan tinggi besar, hendak merampas semua barang bawaan rombongan pengantin. Terjadilah peperangan antara para pengawal melawan Begal raksasa yang mengaku sebagai penunggu daerah tersebut.

Pada saat pertempuran akhirnya begal dapat dikalahkan. Kemudian lari menghilang masuk ke dalam Hutan yang angker dan wingit. Perjalanan dilanjut­kan kembali, melewati desa Sokaweradan Kedunguter. Sejak itu para leluhur daerah Banyumas berpesan terhadap anak cucu agar mentaati tata cara persyaratan perkawinan, di­kandung maksud kedua mempelai terhindar dari marabahaya.

Upacara ini akan digelar ketika kedua mempelai merupakan anak sulung, atau keduanya anak bungsu. Selain itu, begalan juga akan diadakan jika mempelai pria adalah anak sulung, sedangkan mempelai putri anak bungsu, ataupun sebaliknya. Begalan digelar untuk merampok bajang sawan atau mengusir roh jahat dan segala hal buruk bagi pasangan pengantin. 

Begalan adalah perpaduan antara seni akting, tari, lawak, musik, juga seni suara dengan iringan gending. Gerak tarinya tak begitu terikat dengan patokan tertentu yang penting gerak tarinya selaras dengan irama gending. Jumlah penarinya 2 orang, seorang bertindak sebagai pembawa barang yang disebut Gunareka, dan seorang lagi bertindak sebagai pembegal yang disebut Rekaguna. Barang-barang yang dibawa antara lain ilir, cething, kukusan, saringan ampas, tampah, sorokan, centong, siwur, irus, kendil dan wangkring. Barang bawaan ini disebut brenong kepang . Pembegal biasanya membawa pedang kayu yang bernama wlira. Kostum pemain cukup sederhana , umumnya mereka menggunakan pakaian jawa.


Adapun ketentuan dalam acara seni begalan yaitu :
  1. Iringan yang digunakan adalah instrumen gamelan jawa, sedangkan gerakan tarian disesuaikan dengan irama gamelan
  2. Tarian dibawakan oleh 2 orang pemain pria yang memerankan gunareka dan rekaguna
  3. Dialog dengan gaya jenaka yang berisi tentang nasehat-nasehat penting bagi kedua mempelai dan penonton
  4. Waktu pelaksanaan pada siang atau sore hari dan waktu yang dibutuhkan untuk pementasan kurang llebih satu jam
  5. Tempat yang digunakan biasanya pelataran rumah pengantin wanita

Pada dasarnya Tari Begalan adalah tarian rakyat yang menggunakan peralatan – peralatan (Properti) yang memiliki makna simbolis yang berguna bagi kehidupan masyarakat pendukungnya. Dialog dengan gaya jenaka ditampilkan dalam pertunjukan seni untuk rakyat yang berfungsi untuk menghibur. Kostum atau tata pakaian dan riasannya juga sederhana karena begalan termasuk bentuk kesenian rakyat yang bersifat sederhana.

1. Kostum dan Make Up

Kostum yang dipakai sangat sederhana. Mereka hanya mengenakan pakaian adat Jawa saja. Pakaian yang digunakan untuk pementasan antara lain :

Pakaian seni Begalan terdiri dari :
  1. Baju Koko Hitam
  2. Stagen dan Sabuk
  3. Celana Komprang berwarna Hitam
  4. Kain Sarung
  5. Sampur atau Selendang menari
  6. Ikat Wulung berwarna Hitam
Cara mengenakan pakaian, pertama – tama celana dan baju lalu kain yang diberi stagen dan ikat panggung. Jika tidak ada kain boleh menggunakan sarung. Sampur dikalungkan pada lehernya.Terkadang Gunareka memakai topi kukusan. Rekaguna membawa pedang wlira. Make up –nya sederhana. Dahulu mereka menggunakan langes atau arang yang dihaluskan kemudian dicampurkan minyak kelapa. Campuran berwarna hitam untuk merias muka, membuat kumis, jambang, alis dan lain-lain. Bahan lain yang diperlukan yaitu bedak dan teres (sepuhan).

2. Perlengkapan Begalan

Perlengkapan yang digunakan pada saat pentas seni Begalan :

a. Pikulan atau mbatan

Alat pengangkat brenong kepang bagi peraga yang bernama Gunareka. Begal ini dari pihak pengantin pria atau kakung . Alat ini terbuat dari bambu yang melambangkan seorang pria yang akan berumah tangga harus dipertimbangkan terlebih dahulu, jangan sampai merasa kecewa setelah pernikahan sehingga k etika seorang pria mencari seorang calon isteri maka harus dipertimbangkan bibit, bobot, dan bebetnya.

b. Pedang Wlira

Alat yang digunakan sebagai pemukul dengan ukuran panjang 1 meter, tebal 2 cm, dan lebar 4 cm. Terbuat dari kayu pohon pinang. Pedang Wlira dibawa oleh Rekaguna dari pihak pengantin wanita yang menggambarkan seorang pria yang bertanggungjawab, berani menghadapi segala sesuatu yang menyangkut keselamatan keluarga dari ancaman bahaya.

c. Barang – barang yang dibawa oleh Gunareka utusan dari keluarga mempelai pria berupa alat – alat dapur meliputi :

  • Ian merupakan alat untuk angi nasi terbuat dari anyaman bambu yang menggambarkan bumi tempat kita berpijak.
  • Ilir merupakan kipas yang terbuat dari anyaman bambu melambangkan seseorang yang sudah berkeluarga agar dapat membedakan perbuatan baik dan buruk sehingga dapat mengambil keputusan yang bijak saat sudah berumah tangga.
  • Cething adalah alat yang digunakan untuk tempat nasi terbuat dari bambu. Maksudnya bahwa manusia hidup di masyarakat tidak boleh semunya sendiri tanpa mempedulikan orang lain dan lingkunganya.Manusia adalah mahluk sosial yang butuh orang lain
  • Kukusan adalah alat untuk menank nasi yang terbuat dari anyaman bamboo berbentuk kerucut yang mempunyai arti kiasan bahwa seseorang yang sudah berumah tangga harus berjuang untuk menckupi kebutuhan hidup semaksimal mungkin.
  • Centhong adalah alat untuk mengambil nasi pada saat nasi diangi, yang terbuat dari kayu atau hasil tempurung kelapa. Maksudnya seorang yang sudah berumah tangga mampu mengoreksi diri sendiri atau introspeksi sehingga ketika mendapatkan perselisihan antara kedua belah pihak (suami dan istri) dapat terselesaikan dengan baik. Selalu mengadakan musyawarah yang mufakat sehingga terwujudlah keluarga yang sejahtera, bahagia lahir dan batin.
  • Irus adalah alat untuk mengambil dan mengaduk sayur yang terbuat dari kayu atau tempurung kelapa. Maksudnya ialah sesorang yang sudah berumah tangga hendaknya tidak tergiur atau tergoda dengan pria atau wanita lain yang dapat mengakibatkan retaknya hubungan rumah tangga.
  • Siwur adalah alat untuk mengambil air terbuat dari tempurung kelapa yang masih utuh dengan melubangi di bagian atas dan diberi tangkai. Siwur merupakan kerata basa yaitu, asihe aja diawur – awur. Artinya, orang yang sudah berumah tangga harus dapat mengendalikan hawa nafsu, jangan suka menabur benih kasih saying kepada orang lain.
  • Saringan ampas atau kalo adalah alat untuk menyaring ampas terbuat dari anyaman bambu yang memiliki arti bahwa setiap ada berita yang datang harus disaring atau harus hati – hati.Wangkring yaitu pikulan dari bambu. Filsafatnya adalah di dalam menjalani hidup ini berat ringan, senang susah hendaklah dipikul bersama antara suami dan istri.

Referensi
http://gpswisataindonesia.blogspot.co.id/2015/01/begalan-perampokan-dalam-upacara.html
http://bezperunsoed.blogspot.co.id/2012/05/begalan-ritual-dalam-pernikahan-adat.html

Previous
« Prev Post

No comments:

Post a Comment