Sunday, February 24, 2019

[sedikit] Resume Kajian Parenting "Mendidik Anak Dengan Cinta"

Posted by Popon Aryani Sapitri on Sunday, February 24, 2019



popon.web.id
Kajian Parenting di Masjid Al Azhar 41 Semarang
Ahad, 24 Februati 2019, di Masjid Al Azhar 14 Semarang. Telah terlaksana kajian parenting bersama Ustadzah Astrie Ivo. 

"Mendidik dengan cinta adalah kunci kesuksesan dalam mendidik anak"

begitu kira-kira poin utama yang disampaikan disampaikan ust. Ivo dalam kajian kali ini. Memberikan pengasuhan terbaik kepada anak adalah kewajiban orang tua. Jangan menjadikan posisi orang tua sebagai posisi yang menakutkan bagi anak, tetapi jadilah penyejuk dan juga role model bagi anak. 

"Jangan mendidik menggunakan taring dan tanduk"

Jadilah seorang ayah dan ibu yang lemah lembut tutur katanya, baik tindak-tanduknya, ketika dirumah disenangi anak-anak dan kepergiannya selalu dirindu oleh anak-anaknya. Anak merupakan peniru yang ulung, jangan menceramahi saja, tetapi berikanlah contoh, berikan suri tauladan yang baik. Maka Insyaa Allah, bukan hanya mendidiknya sebagai seorang anak, tetapi juga mendidiknya untuk menjadi orang tua di masa depan.

Terkadang orang tua lupa bahwa anak-anak mereka adalah calon orang tua juga di masa depan. Para orang tua malah sibuk menyiapkan anak-anaknya menjadi dokter, insinyur, perawat, dosen dan lain sebagainya tetapi lupa membekali anaknya dengan ilmu-ilmu parenting. Hal inilah yang perlu dibenahi lagi. Ayah dan ibu harus saling bersinergi dalam mendidik anak. Pendidikan anak bukan hanya tugas seorang ibu saja, tetapi juga ayah sebagai kepala sekolah di rumahnya. 

Lebih dari 80% ayat dalam Al-Qur'an mengajarkan kita lewat kisah. Seperti kisah Fir'aun Kisah Namrud, Nabi Musa, Nabi Ibrahim dan banyak lainnya. Orang tua dalam mendidik anaknya perlu berkaca dari kisah Keluarga Nabi Ibrahim dan Siti Hajar. Tenang bagaimana Siti Hajar mengasuh anaknya Ismail.

Apa yang harus kita pelajari dari Siti Hajar? Pola asuh dan cara mendidik anak yang mampu menghasilkan anak berkualitas seperti ismail. Beliau bukanlah orang yang berpendidikan tinggi seperti para orang tua dan guru di zaman sekarang. Beliau tidak mengenal teori perkembangan anak, model-model pembelajaran, ragam jenis kecerdasan, multiple intelligences, dan berbagai teori canggih pendidikan lainnya. Tapi di tangannya lahir seorang Ismail, anak yang soleh, taat kepada Allah, berbakti kepada orang tua, berakhlak mulia, cerdas dan rela berkorban.

Betapa teguh imannya ketika beliau ditinggalkan suami tercinta bersama anaknya di tempat yang kering dan tandus, tanpa air dan tidak ada pepohonan, tetapi beliau selalu berbaik sangka dengan Allah. Ridho dengan perintahnya. Beliau berlari dari bukit safa ke marwah sebanyak 7 kali (Sa'i) dan tidak mendapatkan setetes airpun. Setelah berserah diri ternyata air zam-zam keluar dari bawah kaki putranya. Betapa sabarnya beliau mengasuh putranya seorang diri dan hanya mengharap ridh dari Allah SWT semata. 

Dan bagaimana pula ia mampu mendidik Ismail menjadi anak yang begitu berbagi dan juga patuh akan perintah Rabnya. Hal ini bisa dilihat pada kisah Nabi Ismail akan disembelih oleh ayahnya sendiri. Setelah sekian lama tidak saling berjumpa, sekalinya berjumpa ia malah akan disembelih oleh ayahnya. Sebagai seorang insan pastilah ada rasa takut dalam diri Ismail, tetapi karena cintanya kepada Allah ia rela. 

Tetapi perlu diketahui bahwa tidak semua anak adalah Qurrota A'yun (penyejuk jiwa) bagi orang tuanya. Bisa jadi anak adalah ujian bagi orang tua untuk meningkatkan derajat keiimanannya. Maka dari itu, sebagai orang tua yang baik harus menyiapkan diri dengan sebagik-baiknya sebelum menjadi orang tua. Ibarat sebagai peserta ujian, orang tua tidak bisa memilih soal yang mana yang akan diujikan, tetapi orang tua yang baik akan menyiapkan jawaban-jawaban terbaik yang sudah dikalamkan oleh Allah SWT. 
Berikut beberapa kiat-kiat orang tua dalam mendidik anak yang disampaikan dalah tausiyah Ustadzah Ivo :

  1. Selesai dengan dirinya sendiri. Orang tua harus sudah selesai dengan masalahnya terlebih dahulu, seperti kenangan masalalu, membenci masalalu, masih sibuk memikirkan gaya hidup. Seharusnya semua itu sudah selesai sehingga energinya banyak tercurah untuk mendidik anaknya.
  2. Selesai dengan pasangan. Yang dimaksud adalah dengan suami. Gaya komunikasi dengan anak, visi misi keluarganya sudah harus jelas. Jdi sudah jelas, anak mau disekolahkan dimana,, nantinya akan diarahkan seperti apa. Tidak ada lagi pertengkaran karena hal-hal sepele karena seharusnya sudah selesai sebelum memutuskan menjadi orang tua. 
  3. Tumbuhkan cinta anak kepada Rabnya. Ajarkan bahwa Allah selalu ada dan melihat apa yang ia kerjakan. Bukan hanya yang terucap tetapi juga yang tersimpan didalam hatinya. Selalu hadirkan Allah dalam setiap permasalahan dan kehidupannya.
  4. Ajarkan ber-birrul walidain. Ajarkan anak untuk memuliakan orang tuanya dengan cara memuliakannya. Berikan contoh yang baik sehingga ia mau memuliakan orang tuanya. Ajak anak dengan lembut dan realistis. Selalu jelaskan alasan yang masuk akal dan jangan berbohong.
  5. Ajarkan Habluminannas. Anak harus diajarkan mencintai sesamanya, karena nantinya akan hidup di masyarakat. Ajarkan anak menjadi seorang yang pemaaf dan toleran. Bagaimana? tentu dengan contoh dari orang tuanya. Bagaimana anak akan mencintai sesamanya jika ibunya masih suka menggunjingi tetangganya? Mulai ajarkan anak untuk melihat kelebihan dan kebaikan orang lain sekecil apapun. Jangan biarkan kebencian terhadap sesamanya mencuat ke permukaan. 


Inilah sedikit resume dari kajian yang saya ikuti adi pagi, semoga bermanfaat. Selain ingin berbagi ilmu juga sebagai self reminder bagi saya, calon orangtua :)
Aamiin 

Previous
« Prev Post

No comments:

Post a Comment